SEKELIK METRO – Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Metro menggelar diskusi publik bertajuk Ideologi, Radikalisme, dan Mahasiswa: Menakar Nalar Kritis Dalam Bingkai Kebangsaan. Acara ini berlangsung pada Jumat, 25 Juli 2025 di Sekretariat HMI Metro, dan dihadiri oleh unsur kepolisian serta aktivis mahasiswa.
Dalam diskusi tersebut, Kepala Urusan Pembinaan Operasional (KBO) Sat Intelkam Polres Metro, IPDA Sholihin, S.I.P., M.M., menyampaikan bahwa kegiatan semacam ini penting sebagai ruang berpikir yang sehat bagi generasi muda.
“Saya sangat senang dan tertarik dengan tema diskusi hari ini. Ini penting untuk membangun pemikiran yang maju, tapi tetap membatasi diri agar tidak melenceng menjadi radikal,” kata IPDA Sholihin mewakili Kasat Intel Polres Metro, IPTU Dr. Ariesta Prayoga, M.M.
Ia menekankan pentingnya nalar kritis yang seimbang dengan logika sehat. “Pemikiran kritis mahasiswa sebaiknya dibarengi dengan nalar yang sehat, supaya tetap berada di jalur yang benar,” ujar Sholihin.
Dalam paparannya, Sholihin menjelaskan bahwa diskusi dimulai dari pembahasan ideologi bangsa—yakni Pancasila—lalu berlanjut ke isu radikalisme dan terorisme yang bisa menyusup ke berbagai lapisan masyarakat, mulai dari mahasiswa, pegawai, hingga masyarakat umum.
“Tujuannya agar generasi muda memiliki pemahaman yang kuat, tidak mudah terdoktrin oleh paham-paham radikal. Harapannya, ini jadi langkah awal membentengi diri dari ideologi yang bertentangan dengan nilai-nilai kebangsaan,” ucapnya.
Ia juga mengingatkan bahwa salah satu celah masuknya radikalisme adalah ketidaktahuan. “Jangan berpikir sempit, teruslah belajar dan kembangkan cara berpikir. Kebodohan adalah salah satu celah yang bisa dimanfaatkan untuk menyusupkan paham radikal,” tegasnya.
Menurutnya, masyarakat perlu membuka diri terhadap pengetahuan dan tidak buru-buru bersikap negatif terhadap kebijakan pemerintah. “Apa yang terlihat salah belum tentu keliru. Yang terpenting adalah mencari solusi bersama,” imbuhnya.
Sementara itu, Ketua Formatur HMI Cabang Metro, Adi Herlambang menyampaikan bahwa diskusi ini mencakup beberapa subtema yang menghubungkan antara ideologi, radikalisme, dan posisi mahasiswa dalam kehidupan kebangsaan.
“Agenda seperti ini sangat diperlukan mahasiswa. Mereka butuh ruang dialog sebagai wadah menyampaikan aspirasi,” kata Adi.
Menurutnya, dalam upaya menangkal terorisme, membangun critical thinking adalah langkah awal yang sangat mendasar.
“Pola pikir kritis harus didasarkan pada logika yang kuat dan pemahaman menyeluruh terhadap informasi. Dengan begitu, kita bisa mengenali dan menolak paham yang tidak sejalan dengan nilai-nilai kebangsaan,” jelasnya.
Adi menambahkan bahwa mahasiswa memiliki tanggung jawab sebagai agen kontrol sosial. Oleh karena itu, ia mendorong agar forum diskusi seperti ini bisa terus berlanjut dan melibatkan seluruh Organisasi Kepemudaan (OKP) di Kota Metro.
“Sayangnya, ruang-ruang dialog semacam ini masih belum sepenuhnya tercermin di Metro, yang notabene dikenal sebagai kota pendidikan,” kata dia.
Adi berharap diskusi tersebut tidak hanya mempererat silaturahmi, tetapi juga melahirkan nilai-nilai baru. “Apa yang kita diskusikan hari ini diharapkan menjadi pijakan awal untuk memajukan Indonesia, khususnya Kota Metro,” pungkasnya. (*)