SEKELIK METRO — Program wisata ilmiah yang digelar MAN 1 Kota Metro menuai kritikan dari sejumlah orang tua siswa. Pasalnya, biaya yang dibebankan mencapai hingga Rp3,5 juta, dianggap tak masuk akal dan membebani keluarga, terutama di tengah kondisi ekonomi yang belum pulih.
Seorang wali murid mengaku anaknya diminta membayar nominal tersebut untuk mengikuti kegiatan yang dijadwalkan pada September 2025. Meski pembayaran diperbolehkan secara cicilan, sebagian besar orang tua tetap merasa keberatan.
Tak hanya soal biaya, muncul dugaan tekanan psikologis dari pihak sekolah agar siswa mengikuti kegiatan. Bahkan, disebut-sebut siswa yang menolak tidak akan memperoleh nomor peserta ujian.
Kegiatan ini dikemas sebagai program pengembangan pola pikir ilmiah dengan dua opsi paket wisata. Paket pertama menuju Yogyakarta dan Dieng selama enam hari seharga Rp3 juta. Paket kedua meliputi Bali, Malang, dan Yogyakarta selama sembilan hari dengan biaya Rp3,5 juta. Agenda perjalanan termasuk kunjungan ke Lava Tour Merapi, Kawah Sikidang, hingga Tanah Lot dan Bromo.
Namun, sejumlah wali murid menganggap kegiatan ini dipaksakan dan tidak mempertimbangkan kondisi keuangan keluarga siswa. Mereka berharap kegiatan serupa tetap digelar, namun dengan biaya yang lebih terjangkau dan tidak bersifat wajib.
Ketua panitia kegiatan, Sudriyatmoko, menyatakan bahwa program tersebut telah mengantongi izin dan bersifat sukarela. Ia juga membantah adanya intimidasi atau ancaman bagi siswa yang tidak ikut. Menurutnya, jika ada oknum guru yang menyampaikan hal berbeda, itu bukan bagian dari kebijakan panitia.
Sebagai informasi, Gubernur Lampung sebelumnya telah melarang pelaksanaan study tour yang bersifat wajib dan membebani siswa. Meski larangan itu berlaku untuk sekolah di bawah Dinas Pendidikan, semangat kebijakannya dinilai relevan bagi seluruh satuan pendidikan. (*)